Pada kunjungan baru-baru ini ke Sri Lanka, miliarder Amerika Tim Draper mengajukan gagasan untuk mengadopsi Bitcoin (BTC) sebagai alat pembayaran yang sah untuk melawan korupsi yang berkontribusi terhadap hiperinflasi di negara kepulauan tersebut. Namun, otoritas utama Sri Lanka — Gubernur bank sentral Nandalal Weerasinghe — percaya hal itu akan memperburuk situasi ekonomi negara.
Mengambil waktu dari syuting TV di Sri Lanka, Draper bertemu dengan Presiden Ranil Wickremesinghe dan Weerasinghe untuk merekomendasikan Bitcoin sebagai opsi yang layak untuk mendapatkan keluar dari masalah keuangan. Tim Draper di Sri Lanka berbicara tentang pembangunan ekonomi. Sumber: YouTube
Dalam pertemuan tersebut, Draper menunjukkan perhatian utama yang langsung tertuju pada Sri Lanka:
“Pernahkah Anda melihat Sri Lanka di berita? Ini dikenal sebagai ibukota korupsi. Negara yang dikenal korupsi akan dapat menyimpan catatan sempurna dengan adopsi Bitcoin.” Saat dia merekomendasikan penggunaan “mata uang terdesentralisasi” kepada kepala bank sentral Sri Lanka, dia menerima balasan singkat “kami tidak menerima”. Weerasinghe lebih lanjut menyatakan:
“Adopsi 100% Bitcoin tidak akan pernah menjadi kenyataan di Sri Lanka.”
Sebaliknya, Weerasinghe percaya bahwa memiliki mata uang fiat Sri Lanka sendiri sangat penting untuk kemandirian kebijakan moneter dan akan memastikan inklusi yang efisien dan menyalurkan pembayaran kesejahteraan elektronik.
“Kami tidak ingin memperburuk krisis dengan memperkenalkan Bitcoin,” simpul Weerasinghe.
Terkait : Australia memperkenalkan klasifikasi untuk aset crypto
MicroStrategy, sebuah perusahaan analitik perangkat lunak yang didirikan bersama oleh Michael Saylor, berbagi rencana untuk terus menawarkan layanan perdagangan BTC meskipun mengalami kerugian yang belum direalisasi sebesar $1,3 miliar pada tahun 2022.
Selama panggilan pendapatan 2 Februari, kepala keuangan MicroStrategy , Andrew Kang, berkata:
“Kami dapat mempertimbangkan untuk melakukan transaksi tambahan yang dapat memanfaatkan volatilitas harga Bitcoin, atau dislokasi pasar lainnya yang konsisten dengan strategi Bitcoin jangka panjang kami.”
Menurut Kang, MicroStrategy memegang 132.500 BTC ( senilai $1,84 miliar) per 31 Desember 2022. Dari lot tersebut, 14.890 BTC ditahan langsung oleh bisnis dan sisanya oleh anak perusahaannya MacroStrategy.
Artikel ini disadur dari cointelegraph.com sebagai kliping berita saja. Trading dan Investasi Crypto adalah hal yang beresiko, silakan baca himbauan BAPPEBTI, OJK, Kementrian Keuangan dan Bank Indonesia. Kami bukan pakar keuangan, pakar blockchain, ataupun pakar trading. Kerugian dan kealpaan karena penyalahgunaan artikel ini, adalah tanggungjawab anda sendiri.